SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
DI RUANG TERATAI
RS. AMELIA
Oleh :
HASLIN
2011.03.028
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
PRODI DIII KEPERAWATAN
2011 / 2012
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
DI RUANG TERATAI
RS. AMELIA
MENGETAHUI
MAHASISWA
( )
CLINICAL INSTRUKTUR DOSEN
PEMBIMBING
(
)
( )
( )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari
sekian banyak “Low Back Pain” akibat proses degeneratif. Penyakit ini
banyak ditemukan di masyarakat, dan biasanya dikenal sebagai ‘loro
boyok’. Biasanya mereka mengobatinya dengan pijat urat dan obat-obatan
gosok, karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya
sakit otot biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktivitas membungkuk(sholat,mencangkul).
sakit otot biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktivitas membungkuk(sholat,mencangkul).
Penderita mayoritas melakukan suatu aktivitas
mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.Aktivita ini banyak dilakukan
oleh para pekerja bangunan, pembantu rumah tangga, olahragawan angkat besi,
kuli pelabuhan, dll.
1.2 Diagnosa
Keperawatan
a.
kurang pengetahuan tentang hernia nukleus pulposus b/d
kurangnya informasi
b.
nyeri berhubungan dengan penjepitan syaraf pada diskus
intervertebralis
c.
intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah
baring/mobilisasi
d.
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
1.3 Tujuan
1. Tujuan
Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan 1x
pertemuan selama 20 menit, di harapkan Bapak Kasiman beserta keluarganya dapat memahami tentang hernia nukleus
pulposus dan penangananya.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan
penyulihan 1x pertemuan selama 20 menit, di harapkan pasien dan keluarganya
dapat menjelaskan tentang:
a.
Mengetahui pengetian hernia nukleus pulposus
b.
Mengetahui penyebab hernia nukleus pulposus
c.
Mengetahui tanda dan gejala hernia nukleus pulposus
d.
Mengatahui penatalaksanaan hernia nukleus pulposus
1.4 Materi
a.
Pengertian hernia nukleus pulposus
b.
Penyebab hernia nukleus pulposus
c.
tanda dan gejala hernia nukleus pulposus
d.
penatalaksanaan hernia nukleus pulposus
1.5 Strategi Belajar
a.
Bidang Studi :
ilmu penyakit dalam
b.
Topik :
Hernia Nukleus Pulposus
c.
Sub topik :
·
Pengertian hernia nukleus pulposus
·
Penyebab hernia nukleus pulposus
·
tanda dan gejala hernia nukleus pulposus
·
penatalaksanaan hernia nukleus pulposus
d.
Sasaran :
Pasien bapak Kasiman beserta keluarga
e.
Hari :
Jumat
f.
Tanggal :
19 Desember 2012
g.
Jam :
09.00 - 09.20 WIB
h.
Tempat :
Teratai 3
No
|
Kegiatan / jam
|
Kegiatan fasiltas /
Narasumber
|
Kegiatan Audience
|
1
2
3
|
Pembukaan (5
menit)
1. salam
2. perkenalan
3. menentukan
Isi/materi
(1x10 menit)
1. pengertian
2. penyebab
3. Tanda dan
gejala
4.
Penatalaksanaan
Penutup (5
menit)
|
1.
mengucapakan salam
2.
memperkenalkan diri
3. menjelaskan
TIU dan TIK
1. menjelaskan
pengertian hernia nukleus pulposus
2. Menanyakan
kembali pengertian hernia nukleus pulposus
3. menjelaskan
tentang penyebab hernia nukleus pulposus
4. menanyakan
kelmbali penyebab hernia nukleus pulposus
1. menjelaskan
tanda dan gejala hernia nukleus pulposus
2. menanyakan
kembali tanda dan gejala hernia nukleus pulposus
1. menjelaskan
penatalaksanaan hernia nukleus pulposus
2. menanyakan
kembali penatalaksanaan hernia nukleus pulposus
1. membuka
tanya jawab
2. evaluasi
dengan pertanyaan
3. permohonan
diri dan menyampaikan salam
penutup
|
1. menjawab
salam
2.
mendengarkan
3.
mendengarkan
1.mendengarkan
penjelasan
2. menjawab
pertanyaan
3. mendengarkan
penjelasan
4. menjawaban
pertanyaan
1.
mendengarkan penjelasan
2. menjawab
pertanyaan
1.
mendengarkan penjelasan
2. menjawab
pertanyaan
1. bertanya
2. menjawab
pertanyaan
3. menjawab
salam
|
1.6 Media Penyuluhan
·
Leaflet
1.7 Metode Penyuluhan
·
ceramah
·
tanya jawab
·
diskusi
1.8 Evaluasi
1.
Apakah yang di maksud dengan hernia nukleus pulposus ?
2.
Apakah penyebab dari hernia nukleus pulposus ?
3.
Sebutkan tanda dan gejala hernia nukleus pulposus ?
4.
Apa saja penatalaksanaan dari hernia nukleus pulposus ?
1.8 Kunci Jawaban
1. Pengertian
hernia nukleus puposus
HNP kependekan dari Hernia Nucleus
Pulposus, suatu gangguan akibat merembes atau melelehnya (hernia) lapisan atau
bantalan permukaan ruas tulang belakang (nucleus pulposus) dari ruang antar
ruas tulang (discus intervertebralis).
2. Penyebab
hernia nukleus pulposus
a.
Hernia nukleus pulposus terjadi karena proses
degeneratif diskus intervertebralis
b. keadaan
akut, injuri pada ligamen, otot dan degenerasi
c. degenerasi
pada tulang belakan normal pada proses ketuaan, akselerasi trauma, penggunaan
yang berlebihan
d. nyeri
punggung akibat spasme otot sehubungan dengan stres
e. pengalaman
masing masing orang tentang persepsi nyeri punggung berbeda
3. Tanda
dan gejala hernia nukleus pulposus
a. Mati
rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.
b. Nyeri
tulang belakang
c. Kelemahan
satu atau lebih ekstremitas
d. Kehilangan
control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya
nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada
daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang
mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu rasa,
kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu
diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan
meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan,
batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah
baring.
4. Penatalaksanaan
hernia nukleus pulposus
Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali
dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti
dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan sembuh dan
kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk
terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau
pembedahan.
LAMPIRAN MATERI
PENYULUHAN
TENTANG HERNIA
NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
A. Pengertian
Diskus
Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner
& Suddarth, 2002)
Hernia nukleus pulposus adalah suatu penekanan pada suatu
serabut saraf spinal akibat dari herniasi dan nucleus hingga annulus, salah
satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long, 1996).
Hernia nukleus pulposus adalah suatu nyeri
yang disebabkan oleh p
roses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik). kelemahan pada anulus bagian lateral pada diskus vertebra dan ligumen longitudinal posterior menjadi tipis, yang menyebabkan penekanan pada syaraf spinal.
roses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik). kelemahan pada anulus bagian lateral pada diskus vertebra dan ligumen longitudinal posterior menjadi tipis, yang menyebabkan penekanan pada syaraf spinal.
B. Penyebab
a.
Hernia nukleus pulposus terjadi karena proses
degeneratif diskus intervertebralis
b. keadaan
akut, injuri pada ligamen, otot dan degenerasi
c. degenerasi
pada tulang belakan normal pada proses ketuaan, akselerasi trauma, penggunaan
yang berlebihan
d. nyeri
punggung akibat spasme otot sehubungan dengan stres
e. pengalaman
masing masing orang tentang persepsi nyeri punggung berbeda
C. Tanda
Dan Gejala
a. Mati
rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.
b. Nyeri
tulang belakang
c. Kelemahan
satu atau lebih ekstremitas
d. Kehilangan
control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah
adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala
pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang
mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri ke
daerah tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
daerah tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
D. Penatalaksanaan
a. Obat
Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang
disebabkan oleh trauma (seperti kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang
sangat berat) dan segera diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat
pengurang rasa nyeri dan NSAIDS akan dianjurkan (MIS : fentanyl)
Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut
juga pelemas otot, biasanya diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin diberikan
dalam bentuk pil atau langsung ke dalam darah lewat intravena. Pada pasien
dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai zat antispasmodik seperti
diazepam. NSAID Nebumeton yang merupakan pro drugs dan efek sampingnya relatif
lebih sakit, terutama efek sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek
samping terhadap saluran cerna, dengan dosis 1 gram / hari. Pemakaian jangka
panjang biasanya terbatas pada NSAID’S, tapi adakalanya narkotika juga
digunakan (jika nyeri tidak teratasi oleh NSAID’S). untuk orang yang tidak
dapat melakukan terapi fisik karena rasa nyeri, injeksi steroid di belakang
pada daerah herniasi dapat sangat membantu mengatasi rasa sakit untuk beberapa
bulan. Dan di
sertai program terapi rutin. Muscle relexant diberikan parenteral dan hampir selalu secara iv.
sertai program terapi rutin. Muscle relexant diberikan parenteral dan hampir selalu secara iv.
·
D-tubokurarin klorida
·
Metokurin yodida
·
Galamin trietyodida
·
Suksinilkolin klorida
·
Dekametonium
b. Fisioterapi
·
Tirah baring (bed rest) 3 – 6 minggu dan maksud
bila anulus fibrosis masih utuh (intact), sel bisa kembali ke tempat semula.
·
Simptomatis dengan menggunakan analgetika,
muscle relaxan trankuilizer.
·
Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk
meringankan nyeri.
·
Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila
didapatkan kelainan neurologis, indikasi operasi.
·
Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan
fisioterapi, jangan mengangkat benda berat, tidur dengan alas keras atau
landasan papan.
·
Fleksi lumbal
·
Pemakaian korset lumbal untuk mencegah gerakan
lumbal yang berlebihan.
·
Jika gejala sembuh, aktifitas perlahan-lahan
bertambah setelah beberapa hari atau lebih dan pasien diobati sebagai kasus
ringan.
c. Operasi
Operasi lebih
mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya gangguan neurologis.
Penderita yang telah didiagnosa HNP. Maka terapi konservatiplah yang harus
diselenggarakan. Bilamana kasus HNP masih baru namun nyerinya tidak tertahan
atau defisit motoriknya sudah jelas dan mengganggu, maka pertimbangan untuk
operasi atau tidak sebaiknya diserahkan kepada dokter ahli bedah saraf. Faktor
sosio ekonomi yang ikut menentukan operasi secepatnya atau tidak ialah profesi
penderita. Seorang yang tidak dapat beristirahat cukup lama karena persoalan
gaji dan cuti sakit, lebih baik menjalani tindakan operatif secepat mungkin
daripada terapi konservatif ynag akan memerlukan cuti berkali-kali. Bilamana
penderita HNP dioperasi yang akan memerlukan harus dibuat penyelidikan
mielografi. Berdasarkan mielogram itu dokter ahli bedah saraf dapat memastikan
adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya. Diskografi merupakan penyelidikan
diskus yang lebih infasif yang dilakukan bilamana mielografi tidak dapat
meyakinkan adanya HNP, karena diskrografi adalah pemeriksaan diskus dengan
menggunakan kontras, untuk melihat seberapa besar diskus yang keluar dari
kanalis vertebralis.
Diskectorny
dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general anesthesia.
Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan
pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko pengumpulan darah.
Untuk sembuh total
memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani
jika ada masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif
mungkin diperlukan. Dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh
(recovery).
Pilihan
operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of
nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan – ray dan
chemonucleosis.
Chemonucleosis
meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke dalam herniasi diskus
untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini merupakan salah
satu alternatif disectomy pada kasus-kasus tertentu.
Kapan kita boleh
melakukan latihan setelah cidera diskus? Biasanya penderita boleh memulai
latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah ia diperbolehkan bangun atau turun dari
tempat tidur.
d. Larangan
·
Peregangan yang mendadak pada punggung
·
Jangan sekali-kali mengangkat benda atau sesuatu
dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk.
·
Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat
untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.
d. Saran yang harus dikerjakan
·
Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus
yang padat. Diantara kasur dan tempat tidur harus dipasang papan atau “plywood”
agar kasur jangan melengkung. Sikap berbaring terlentang tidak membantu
lordosis lumbal yang lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di bawah pinggang.
Orang sakit diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua tungkai sedikit
ditekuk pada sendi lutut. Bilamana orang sakit dirawat di rumah sakit, maka
sikap tubuh waktu istirahat lebih enak, oleh karena lordosis lumbal tidak
mengganggu tidur terlentang jika fleksi lumbal dapat diatur oleh posisi tempat
tidur rumah sakit.
·
Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa
orang sakit tidak boleh bangun untuk mandi dan makan. Namun untuk keperluan
buang air kecil dan besar orang sakit diperbolehkan meninggalkan tempat tidur.
Oleh karena buang air besar dan kecil di pot sambil berbaring terlentang justru
membebani tulang belakang lumbal lebih berat lagi.
·
Analgetika yang non adiktif perlu diberikan
untuk menghilangkan nyeri.
·
Selama nyeri belum hilang fisioterapi untuk
mencegah atrofi otot dan dekalsifikasi sebaiknya jangan dimulai setelah nyeri
sudah hilang latihan gerakan samb
il berbaring terlentang atau miring harus diajurkan.
il berbaring terlentang atau miring harus diajurkan.
·
Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan
fasilitas yang sesuai dapat dilakukan “pelvic traction”, alat-alat untuk itu
sudah automatik. Cara “pelvic traction”, sederhana kedua tungkai bebas untuk
bergerak dan karena itu tidak menjemukan penderita. Maka pelvic traction dapat
dilakukan dalam masa yang cukup lama bahkan terus-menerus. Latihan bisa dengan
melakukan flexion excersise dan abdominal excersise.
·
Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai
dengan tercapainya perbaikan. Bila iskhilagia sudah banyak hilang tanpa
menggunakan analgetika, maka orang sakit diperbolehkan untuk makan dan mandi
seperti biasa. Korset pinggang atau griddle support sebaiknya dipakai untuk
masa peralihan ke mobilisasi penuh.
·
Penderita dapat ditolong dengan istirahat dan
analegtika antirheumatika serta nasehat untuk jangan sekali-kali mengangkat
benda berat, terutama dalam sikap membungkuk. Anjuran untuk segera kembali ke
dokter bilamana terasa nyeri radikuler penting artinya. Dengan demikian ia
datang kembali dan “sakit pinggang” yang lebih jelas mengarah ke lesi
diskogenik.
DAFTAR PUSTAKA
·
Smeltzer, Suzane C.2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC
·
Doengoes, ME.2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2,
Jakarta : EGC
·
Priguna Sidharta.1996. Sakit
Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat
·
Price, A Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar