MAKALAH
METODE
PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
(METODE
TIM)
Dosen
Pembimbing :
Enur
Nurhayati Muchsin, SST.M.Kes
Nama Kelompok 2 :
1.
Dwi Erna Wati (2011.03.018)
2.
Dwi Fitri Aprelia (2011.03.019)
3.
Edy Pramono (2011.03.020)
4.
Eka Septiana (2011.03.021)
5.
Eko Budi Santoso (2011.03.022)
6.
Fachma Apriliana(2011.03.025)
7.
Harnis Dwi Sevani (2011.03.027)
8.
Haslin (2011.03.028)
|
9.
Hidayatulloh Nurlaili (2011.03.029)
10. Ira Setiyo
Nikmah (2011.03.031)
11. Ita Dwi
Novianti (2011.03.032)
12. Jhon Putra
Utama (2011.03.033)
13. Khoirul
Nikmah (2011.03.034)
14. Kiky Wahyu
P.W (2011.03.035)
15. Maratus
Sholikah (2011.03.036)
16. Maria
Getrudis (2011.03.037)
|
STIKES
KARYA HUSADA KEDIRI
PRODI
D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah kami persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul’’MAKALAH PEMBERIAN ASUHAN
KEPERAWATAN(METODE TIM)” dengan lancar. Rasa terimakasih kami ucapkan kepada :
1. Ibu Enur Nurhayati Muchsi, SST.M.Kes
selaku dosen pembimbing.
2. Teman-teman
prodi D-III keperawatan
Kami
menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen. Dan kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka dari
itu, kami mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya makalah
ini.
Akhirnya,
semoga makalah ini bermanfaat bagi para generasi muda pada umumnya dan untuk
perawat program pendidikan khususnya.
Pare, April 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
Pengertian keperawatan tim
Tujuan Pemberian Metode Tim
Tugas dan Tanggung Jawab
Keuntungan dan Kerugian Metode Tim
BAB
III
Kesimpulan
Saran
dan Kritik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keperawatan tim dikembangkan pada
tahun 1950-an dalam upaya untuk mengurangi masalah yang berkaitan dengan
pengaturan fungsional asuhan pasien. Banyak orang yang yakin bahwa, meskipun
kekurangan staf keperawatan profesional terus berlanjut, sistem asuhan pasien
harus dikembangkan sehingga dapat mengurangi perawatan yang terpisah yang
menyertai keperawatan fungsional.
pengembangan
metode ini di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan
kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. metode ini juga di dasari atas
keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. selain itu,
setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan
keperawatan yang etrbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim
diterapakan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri
dari perawat profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. ketua tim (perawat profesional)
memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan asuhan
keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di bawah tanggung
jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk melakukan
supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperawatan,
dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian keperawatan tim?
2. Bagaimana
tujuan pemberian metode tim?
3. Bagaimana
tugas dan tanggung jawab metode tim?
4. Bagaimna
keuntungan dan kerugian metode tim?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian keperawatan tim
2. Untuk
mengetahui tujuan pemberian metode tim
3. Untuk
mengetahui tugas dan tanggung jawab metode tim
4. Untuk
mengetahui keuntungan dan kerugian metode tim
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keperawatan
Tim
Keperawatan tim dikembangkan pada
tahun 1950-an dalam upaya untuk mengurangi masalah yang berkaitan dengan
pengaturan fungsional asuhan pasien. Banyak orang yang yakin bahwa, meskipun
kekurangan staf keperawatan profesional terus berlanjut, sistem asuhan pasien
harus dikembangkan sehingga dapat mengurangi perawatan yang terpisah yang
menyertai keperawatan fungsional. Struktur keperawatan tim ditunjukkan dalam
gambar 1.1.
pengembangan
metode ini di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan
kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. metode ini juga di dasari atas
keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. selain itu,
setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan
keperawatan yang etrbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim
diterapakan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri
dari perawat profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. ketua tim (perawat profesional)
memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan asuhan
keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di bawah tanggung
jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk melakukan
supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperawatan,
dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.
(Kuntoro, agus. 2010.
buku ajar menejemen keperawatan. Yogyakarta : nuha medika)
Dalam keperawtan tim, petugas bantuan
bekerja sama dalam memberikan asuhan kepada sekelompok pasien di bawah arahan
perawat profesional. Sebagai pimpinan tim tersebut, perawat bertanggung jawab
mengetahui keaddaan dan kebutuhan semua pasien yang etrmasuk dalam tim dan
merencanakan asuhan indifidual. Tugas pimpinan tim berfariasi bergantung pada
kebutuhan pasien dan beban kerja. Tugas tersebut mencakup membantu anggota tim,
memberikan asuhan langsung kepada pasien, memberikan penyuluhan, dan
mengkoordinasikan aktifitas pasien.
Keperawatan tim biasanya diasosiasikan
dengan kepentingan demokratis. Anggota kelompok diberikan otonomi sebanyak
mungkin saat mengerjakan tugas yang diberikan, meskipun tim tersebut berbagi
tanggung jawab dan akuntabilitas secara bersama. Perlunya ketrampilan
komunikasi dan koordinasi yang baik membuat pelaksanaan keperawatan tim sulit
dilakukan dan membutuhkan disiplin diri yang besar dipihak anggota tim.
Keperawatan tim memungkinkan anggota
untuk melakukan keahlian atau ketrampilan yang mereka miliki. Kemudian,
pimpinan tim sebaiknya menggunakan pengetahuannya mengenai kemampuan setiap
anggota saat membuat penugasan pasien kelolaan. Mengenali kelayakan individu
dari seluruh pekerja dan memberikan otonomi kepada anggota tim menimbulkan
kekuasaan kerja yang tinggi.
Kerugian keperawatan tim terutama
dihubungkan dengan penerapannya yang kurang tepat, bukan filosofi keperawatan
itu sendiri. Sering kali, tidak tersedia waktu yang adekuat untuk melaksanakan
asuhan dan melakukan komunikasi tim. Hal ini dapat menimbulkan batas yang tidak
jelas mengenai tanggung jawab, kesalahan, dan asuhan keperawatan yang pecah.
Agar perawatan tim dapat efektif, pimpinan harus mempunyai ketrampilan
komunikasi, organisasi, manajement, dan kepemimpinan yang baik dan harus
menjadi seorang praktisi yang sempurna.
Keperawatan tim, seperti rancangan
aslinya telah mengalami banyak modifikasi dalam 25 tahun terakhir ini. Sebagian
besar keperawatan tim tidak pernah mempraktikkan bentuk murninya, malah
sebaliknya menerapkan kombinasi tim dan struktur fungsional. Upaya terakhir dan
untuk memperbaiki keperawatan tim menghasilkan konsep “ keperawatan modular”,
yang merupakan suatu pendekatan tim kecil (dua atau tiga orang anggota). Tim
dipertahankan dalam sekala kecil dan anggota tim diupayakan dalam tim yang sama
sesering mungkin untuk lebih banyak waktu bagi perawat provesional untuk
merencanakan dan mengoordinasi anggota tim. Selain itu, tim kecil membutuhkan
komunikasi yang lebih sedikit sehingga memungkinkan anggotanya memakai waktu
mereka dengan lebih baik untuk melakukan asuhan pasien.
Maequis,
Bessie L.2010.Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan :teori
&aplikasi.Ed.4.Jakarta.EGC
Stuktur
organisasi keperawatan tim
pengembangan
metode ini di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan
kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. metode ini juga di dasari atas
keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. selain itu,
setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan
keperawatan yang etrbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim
diterapakan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri
dari perawat profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. ketua tim (perawat profesional)
memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan asuhan
keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di bawah tanggung
jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk melakukan
supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperawatan,
dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.
2.2
Tujuan
Pemberian Metode Tim
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan
keperawatan adalah untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
objektif pasien sehingga pasien merasa puas. selain itu, metode tim dapat
meningkatkan kerja sama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas,
memungkinkan adanya transfer of
knowladge dan transfer of experiences diantara perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dan meningkaykan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Sesuai
dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab keperawatan harus benar
benar di arahkan dan di rencanakan secara matang untuk keberhasilan asuhan
keperawatan. sebagaimana di ketahui bahwa satu tim keperawatan terdiri dari dua
orang perawat atau lebih yang bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan.
ketua tim seharusnya perawat profesional yang sudah berpenngalaman dalam
memberikan asuhan keperawatan dan di tunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse
unit manager). selanjutnya, ketua tim akan melaksanakan tugas yang di
delegasikan oleh perawat kepala ruang bersama sama denga anggota tim. tugas dan
tanggung jawab ketua tim menjadi hal yang harus di perhatikan secara cermat.
tugas dan tanggung jawab tersebut diarahkan untuk melakukan pengkajian dan
penyusunan rencana keperawatan untuk setiap pasien yang berada di bawah
tanggung jawabnya, membagi tugas kepada semua anggota tim dengan
mempertimbangkan kemampuan yang di miliki anggota tim dan kebutuhan pasien yang
harus dipenuhi, mengontrol dan memberikan bimbingan kepada anggota tim dalam
melaksanakan tugasnya apabila diperlukan, melakukan evaluasi terhadap hasil
kerja anggota tim, menerima laporan tentang perkembangan kondisi pasien dan
anggota tim.
2.3
Tugas
dan Tanggung Jawab
Tugas
dan tanggung jawab lain yang harus di prhatikan oleh anggota tim adalah
mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal hal yang gterjadi
pada pasien terutama yang tidak di inginkan, melakukan revisi rencana
keperawatn apabila di perlukan, melaporkan perkembangan pasien pada perawat kepala
ruang serta kesulitan yang dihadapi apabila ada. selain itu, tugas dan tanggung
jawab ketua tim, yaitu memimpin pertemuan tim untuk menerima laporan, memberi
pengarahan serta membahas masalah yang di hadapi, menjaga komunikasi yang
efektif , melakukan pengajaran kepada pasien, keluarga pasien dan anggota tim
serta melengkapi catatan yang di buat anggota tim apabila diperlukan.
Dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki
kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam memecahkan masalah. ketua
tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang dianggap sesuai
dengan kondisi pasien dan minat pemberi asuhan. oleh karena itu, pembuatan
keputusan, otoritas, dan tanggung jawab ada pada tingkat pelaksana. hal ini
akan mendukung pencapaian dan pengetahuan keterampilan profesional.
Dalam
ruang perawatan mungkin diperlukan beberapa tim keperawatan. pemberian tugas
dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat kepala ruang akna
menentukan jumlah tim yang di perlukan berdasarkan beberapa faktor, antara lain
memperhitungkan jumlah tenaga perawat perawat profesional, jumlah tenaga yang
ada, dan jumlah pasien. pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat di dasarkan
pada tempat atau kamar pasien, tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien,
dan jumlah pasien yang di rawat.
Berdasarkan
hal hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. mengomunikasikan
dan mengoordinasikan semua kegiatan tim
2. menjadi
konsultan dalam asuhan keperawatan
3. melakukan
peran sebagai model peran
4. melakukan
pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
5. menyusun
rencana keperawatan untuk semua pasien.
6. merevisi
dan menyesuaikan rencan keperawatan sesuai kebutuhan pasien.
7. melaksanakan
observasi baik terhadapa perkembangan pasien maupun kerja dari anggota tim.
8. menjadi
guru pengajar
9. melaksanakan
evaluasi secara baik dan objektif
Bila
kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim, akan berdampak secara positif
dalam pemberian asuhan keperawatan. dengan demikian, masalah dalam asuhan
keperawatan cepat teratasi; mutu asuhan keperawatan terpelihara; perawat
terbiasa bekerja secara terorganisasi, terarah, dan memahami tujuan; kerjasama
antar perawat meningkat; kepuasan kerja miningkat pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman semua perawat meningkat; serta kaderisasi kepemimpinan terjadi.
Dibanding
dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan tanggung jawab,
otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim. tugas perawat menjadi lebih
kompleks, anggota tim lebih terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. apabila kerja dan tim berhasil dan memuaskan, pola ini memberi
pengkayaan pengalaman dan perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khususnya
anggota tim dan tingkat yang rendah.
2.4
Keuntungan
dan Kerugian Metode Tim
1. keuntungan
dan kerugian metode tim
beberapa
keuntungan dan metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan adalah :
a. dapat
memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat.
pasien merasa
diperlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang
lebih mengenal dan memahami kebutuhannya.
b. perawat
dapat mengenali pasien secara individual karena perawatnya menangani pasien
dalam jumlah yang sedikit. hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara
komperehensif dan melihat pasien secara holistik.
c. perawat
akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan dalam bekerjasama
dan berkomunikasi dalam tim. hal ini akan mempermudah dalam mengenali anggota
tim yang daapat dimanfaatkan secara optimal.
Sebagaimana metode
fungsional, metode tim juga tidak mengandung beberapa kerugian. selain itu,
metode ini dianggap memerlukan biaya yang lebih tinggi karena terkotaknya
distribusi tenaga, metode ini juga tidak efektif bila pengaturannya tidak baik.
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode tim memerlukan banyak
kerjasama dan komunikasi serta kecenderungan banyak kegiatan keperawatan
dilakukan oleh perawat non profesional. ketua tim perlu waktu yang lebih banyak
untuk melaksanakan tugas menejerial, seperti mengkaji, mendelegasikan, dan
mengontrol kerja kelompok. selain itu ketua tim dapat mengalami kebingungan
karena tugas dismpaikan oleh beberapa orang anggota, terlebih apabila komposisi
anggota tim sering diubah.
2. peran
perawat kepala ruang
Peran
perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada keterampilan dan
minat yang dimilikinya. disamping itu, perawt kepala ruang harus mampu
mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan pendidikan
berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota tim, dan membagi tugas sesuai dengan
keterampilan anggotanya. hal yang tidak kalah pentingnya adalah perawat kepala
ruang harus mampu sebagai model peran.
Metode
tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan apabila ada tenaga
profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil dapat bekerjasama dan
membimbing tenaga keperawatan yang lebih rendah. disamping itu, perawat kepala
ruang harus mau membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. satu tim
keperawatan dapat terdiri dari tiga sampai lima orang perawat untuk bertanggung
jawab memberikan asuhn keperawatan pada lima sampai sepuluh orang pasien.
(Kuntoro, agus. 2010. buku ajar menejemen
keperawatan. Yogyakarta : nuha medika)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan metode tim di dasarkan pada
falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota
kelompok. metode ini juga didasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak
memperoleh pelayanan terbaik. Selain
itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi
asuhan keperawatan yang etrbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode
tim diterapakan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen,
terdiri dari perawat profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. ketua tim (perawat
profesional) memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan
evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di
bawah tanggung jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk
melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan
keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.
3.2 Kritik
Makalah ini masih belum cukup sempurna
dan masih ada banyak kesalahan sehingga kami mohon kritik dan saran yang
membangun guna untuk menyempurnakan makalah kami yang selanjutnya.
3.3
Saran
Berusaha
dan selalu bekerja sama akan membawa kita menuju keberhasilan dalam
menyelesaikan masalah dan mengerjakan tugas. Serta melakukan tugas dengan penuh
tanggung jawab akan membuat kita semakin menjadi dewasa dan mandiri
Makalah ini masih belum cukup sempurna dan masih ada banyak kesalahan sehingga kami mohon kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah kami yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Maequis,
Bessie L. 2010. Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan :teori
&aplikasi.Ed.4.Jakarta.EGC
Kuntoro,
agus. 2010. buku ajar menejemen keperawatan. Yogyakarta : nuha medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar