Sabtu, 22 September 2012

laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan asma bronkial


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
PPOK (PENYAKIT PARU OBTRUKSI KRONIS)


 







Dosen Pembimbing :
Wahyu Tanoto, S.Kep Ns

Penyusun :
Dwi Fitri Aprilia         (2011.03.019)
Haslin                          (2011.03.028)
Jhon Putra Utama       (2011.03.032)
Muh. Abshar Zuhair    (2011.03.042)
Rizky Febrina H          (2011.03.056)



PRODI D III KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI
TAHUN AJARAN 2011/2012

KATA PENGANTAR

Syukur alhadulillah kami persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PPOK” dengan lancar. Rasa terimakasih kami ucapkan kepada :
Bapak Wahyu Tanoto, S.Kep.Ns selaku dosen pembimbing.
kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas materi oksigenasi. Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, kami mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi para generasi muda pada umumnya dan untuk perawat program pendidikan khususnya.





                                                                                                Pare, 23 Maret 2012

                                                                                                Penyusun




LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKIAL

A.    Pengertian
Yang di maksud sengan asma bronkial adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversibel yang terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan  antigen.
Autopsi yang dilakukan pada penderita yang mati karena asma yang menjadi masalah pokok adalah bukan saja bronkospasme dari otot, akan tetapi juga adanya edema dan penuhnya mukus di intraluminal dari bronkus yang menyebabkan jalan napas menjadi tersumbat. Dari pemeriksaan mukus yang di perlihatkan banyak eosinofil, sementara itu limfosit T dan sel epitel telah mengalami kerusakan.
Ternyata bukan eosinofil saja yang berperan dalam asma (bukan hanya sekedar proses alergi), akan tetapi konsep asma sendiri mengalami perubahan, bukan hanya sekedar bronkospasme, akan tetapi interaksi berbagai faktor imunologi yang abnormal. Berbagai mediator di bebaskan dari berbagai sel yang berperan dalam proses immunologi dan fase terakhir mekanisme neural yang memegang peranan penting dalam terjadinya spasme otot bronkus. (Dr. H. Tabrani Rab)

B.     Etiologi
Penyebab asma masih belum jelas, diduga yang memegang peranan utama ialah reaksi hiperreaktivitas dari trakea dan bronkus, tetapi penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Diduga karena hambatan sebagian sistem adrenergic, kurangnya enzim adenilalkilase dan meningginya tonus sistem parasimpatik. Bila terdapat kelebihan tonus parasimpatik maka akan mudah terjadi spasme bronkus.
Faktor genetik, biokimiawi, saraf otonom, imunologis, infeksi, endokrin, psikologis dan lingkungan lainnya, dapat turut serta dalam proses terjadinya manifestasi asma. Karena itu asma disebut penyakit yang multifaktorial. Alergi (atopi) merupakan salah satu faktor pencetus asma yang diturunkan secara genetik tapi caranya belum diketahui dengan pasti.

C.    Patofisiologi
Yang sering terserang adalah bronkus dengan ukuran 3-5 mm, akan tetapi distribusinya meliputi daerah yang luas. Walaupun asma pada prinsipnya adalah suatu kelainan pada bagian jalan pernafasan, akan tetapi dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan pada bagian fungsional paru. Gangguan itu disebabkan karena:
·                     Peningkatan resistensi udara respirasi dimana akan mengganggu rasio ventilasi perfusi
·                     Terdapatnya perangkap udara menyebabkan seolah-olah volume inspirasi lebih besar dari ekspirasi.
·                     Terdapatnya mucus dengan viskositas yang tinggi di dalam lumen bronkus di mana dapat menimbulkan gangguan ventilasi, dapat menyebabkan terjadinya obstruksi total
·                     Bronkus spasme dapat pula terjadi edema pada saluran pernafasan  yang dapat mengganggu pertukarasn gas di dalam sistem pernafasan
·                     Pada setiap serangan yang pertama produksi mukus selalu bertambah
·                     Infeksi yang menghasilkan eksudat dapat mengganggu bagian jalan pernapasan maupun fungsional dari jaringan

D.    Manifestasi Klinis
·                     Batuk
·                     Wesing/nafas berbunyi
·                     Sesak nafas/dipsnea
·                     Gelisah pada malam hari
·                     Nafsu/dada seperti tertekan
·                     Takikardi
·                     Hipoksia
·                     Takipnea (pernafasan cepat)
·                     Hiperkapnia          
·                     Ansietas
·                     Nusea
·                     Emosional
·                     Malaise
E.     Pemeriksaan Diagnostik
1.         Pengukuran fungsi paru (spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian brokodilator aerosol golongan adrenergi. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
2.         Tes provokasi bronkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEVR 10% atau lebih.
3.         Pemeriksaan kulit
Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
4.         Pemeriksaan laboraturium
·           Analisa Gas Darah (AGD / Astrup)
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik
·           Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk adanya bakteri, cara tersebut kemudian kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
·           Sel oesinofil
Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
·           Pemeriksaan darah rutin dan kimia
SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
5.         Pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronkhial biasanya normal, tetapi prosedur ini harus dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum dan atelektasis.

F.     Penatalaksanaan
1.      Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
·           Saatnya serangan
·           Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
2.      Pemberian obat bronkodilator
3.      Penilaian terhadap perb aikan serangan
4.      Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
5.      Penatalaksaan setelah serangan mereda
·           Cari faktor penyebab
·           Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT ASMA BRONKIAL

A.    Pengkajian
1.         Biodata
2.         Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak/dispnea, batuk, dan mengi/wheesing/napas berbunyi
3.         Riwayat kesehatan
a.         Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran napas bagian bawah (rhinitis, urtikaria, dan eksim)
b.        Riwayat kesehatan masa lalu
Biasanya pasien mempunyai riwayat alergi seperti debu serta cuaca dingin.
c.         Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita asma
d.        Riwayat psikososial
-            Kondisi  rumah:
·           Tinggal di daerah dengan tingkat polusi tinggi
·           Terpapar dengan asap rokok
·           Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah terlalu banyak
-            Binatang peliharaan: kucing
4.         Pemeriksaan fisik
·               Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk produktif, tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
·               Sistem kardiovaskuler : Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
·               Sistem Persyarafan / neurologi: Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran
·               Sistem perkemihan: Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
·               Sistem Pencernaan / Gastrointestinal: Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
·               Sistem integumen: Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

B.       Diagnosa Keperawatan
1.        Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas
2.        Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan sekresi kental dan berlebihan
3.        Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan inadekuat oksigenasi untuk aktivitas dan keletihan
4.        Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernapas dan takut sesak napas

C.    Intervensi
1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang di tandai dengan :
·         Pasien mengatakan sesak
·         Auskultasi terdengar bunyi ronki
·         Pernapasan cuping hidung
Tujuan : pola nafas efektif dalam waktu 1x1 jam, dengan kriteria hasil :
ü  Pasien tidak sesak
ü  Pasien tampak tenang
Itervensi :
1.      Kaji frekuensi napas
Rasional: mengetahui frekuensi pernafasan pasien
2.      Kaji pasien untuk posisi yang nyaman
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi, tapi pasien dengan distress berat akan mencari posisi yang mudah untuk bernafas,misal : sokongan tangan atau kaki di meja,bantal,lutut,dapat membantu menurunkan kelemahan otot dan sebagai alat dispansi dada
3.      Observasi TTV
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien
4.      Beri obat sesuai dengan indikasi
a.         Bronkodilator
Rasional : merilekskan otot pernapasan dan menurunkan kongesti local,menurunkan spasme jalan napas,mengi dan produksi mukosa.
b.        Gol zantin
Rasional : menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan peningkatan langsung siklus AMP.
c.         Kromolin
Rasional : menurunkan inflamasi local dan edema dengan menghambat efek histamine dan mediator lainnya.
d.        Steroid oral / IV
Rasional : mencegah reaksi elergi / menghambat pengeluaran histamine,menurunkan berat dan frekuensi spasme,inflamasi pernapasan dan dispnea.
2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan sekresi kental dan berlebihan yang di tandai dengan :
·         Pasien mengatakan batuk
·         Pasien mengatakan sesak
·         Gelisah/ansietas
Tujuan : Bersihan jalan napas efektif dalam waktu 1 x 24 jam, dengan kriteria hasil :
ü  Batuk pasien berkurang
ü  Pasien tidak sesak lagi
ü  Pasien dapat tenang
Inetrvensi :
1.      Instruksikan pasien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk
·           Nafas dalam dan perlahan sebelum duduk setegak mungkin
·           Gunakan nafas diafragma
·           Tahan nafas selama 3-5 detik dan kemudian dengan perlahan hembuskan sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)
·           Ambil nafas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang mulut/tenggorokan)
·           Dengan menggunakan nafas pendek, batuk kuat.
·           Demonstrasikan pernafasan pursed lip
Rasional : Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat menimbulkan frustasi
2.        Ajarkan pasien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi
·           Pertahankan hidrasi adekuat : menigkatkakn asupan cairan 2-4 liter per hari. Bila tidak terkontra indikasikan oleh cardiac output / penyakit ginjal.
            Rasional : Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat memnyebabkan sumbatan mucus yang menimbulkan atelektasis
3.        Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien
4.        Kolaborasi :
·      Ekspektoran
Rasional : Mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan
·      Analgesic, antitusif
Rasional : Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energy dan memungkinkan pasien istirahat.
3.      Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan inadekuat oksigenasi untuk aktivitas dan keletihan yang ditandai dengan :
·         Pasien tampak pucat
·         Pasien tampak lemah
·         Pasien tampak batuk
Tujuan : aktivitas dapat adekuat dalam waktu 1x24 jam dengan kriteria hasil :
ü  Dapat memperagakan metoda batuk, bernapas dan penghematan energi yang efektif
Intervensi :
1.      Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan oksigen, seperti merokok, suhu ekstrim, dan stres
Rasional : merokok, suhu ekstrim, berat badan berlebih dan stres menyebabkan vasokonstriksi, yang meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen

2.      Ajarkan teknik napas efektif, seperti pernapasan diafragma dan pursed-lip
Rasional : pernapasan diafragma menghalangi pernapasan dangkal, cepat, takefisien yang selalu menyertai penyakit paru obstruksi kronis. Pernapasan pursed-lip memperlambat ekspirasi, mempertahankan alveoli mengembang lebih lama, dan memberikan kontrol terhadap dispnea.
3.      Pertahankan terapi oksigen tambahan, sesuai kebutuhan
Rasional : oksigen tambahan meningkatkan kadar oksigen yang bersirkulasi dan memperbaiki toleransi aktivitas
4.      Berikan waktu istirahat yang cukup sesuai jadwal harian pasien
Rasional : periode istirahat memungkinkan periode penggunaan energi tubuh rendah, meningkatkan toleransi aktivitas.
5.      Observasi TTV
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien

4.      Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernapas dan takut sesak napas yang di tandai dengan :
·         Pasien cemas
·         Pasien sering bertanya tentang penyakitnya
Tujuan : pasien tidak cemas dalam waktu 1x2 jam dengan kriteria hasil :
ü  Pasien dapat mengungkapakn perasaan tentang ansietas
ü  Peragakan teknik bernapas untuk mengurangi dispnea
Intervensi :
1.      Upayakan lingkungan yang tenang saat pasien mengalami kesuliatan bernapas
Rasional : dengan menurunkan rangsang eksternal meningkatkan relaksasi
2.      Tanggapi rasa takut pasien dan berikan penguatan positif terhadap upaya yang dilakukan.
Rasional : rasa takut mencetuskan dispnea dan dospnea meningkatkan rasa takut
3.      Ajarkan teknik bernapas dan suruh pasien melakukannya dengan perawat
Rasional : pemodelan peran teknik bernapas agar pasien menirunya akan menurunkan kebutuhan energi tambahan dalam berkonsentrasi
4.      Observasi TTV
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien


DAFTAR PUSTAKA

·         Arif, Mansyoer, 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta: Media Acsulapius. FKUI.

·         Heru Sundaru, 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI.


·         Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

·         Murwita, Arita, 2008. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jogjakarta : Mitra cendikia press

·         Rab. Tabrani. 1996. Ilmu penyakit dalam. Jakarta : hipokarates

Tidak ada komentar:

Posting Komentar