PADA PASIEN
DENGAN
PPOK
(PENYAKIT PARU OBTRUKSI KRONIS)
Dosen
Pembimbing :
Wahyu Tanoto,
S.Kep Ns
Penyusun
:
Dwi Fitri Aprilia (2011.03.019)
Haslin (2011.03.028)
Jhon Putra Utama (2011.03.032)
Muh. Abshar Zuhair (2011.03.042)
Rizky Febrina H (2011.03.056)
PRODI D III KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI
TAHUN AJARAN 2011/2012
KATA
PENGANTAR
Syukur alhadulillah kami persembahkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PPOK”
dengan lancar. Rasa terimakasih kami ucapkan kepada :
Bapak Wahyu
Tanoto, S.Kep.Ns selaku dosen
pembimbing.
kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas materi oksigenasi. Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, kami
mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi para generasi
muda pada umumnya dan untuk perawat program pendidikan khususnya.
Pare,
23 Maret 2012
Penyusun
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASMA BRONKIAL
A.
Pengertian
Yang
di maksud sengan asma bronkial adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversibel
yang terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi
dengan antigen.
Autopsi
yang dilakukan pada penderita yang mati karena asma yang menjadi masalah pokok
adalah bukan saja bronkospasme dari otot, akan tetapi juga adanya edema dan
penuhnya mukus di intraluminal dari bronkus yang menyebabkan jalan napas
menjadi tersumbat. Dari pemeriksaan mukus yang di perlihatkan banyak eosinofil,
sementara itu limfosit T dan sel epitel telah mengalami kerusakan.
Ternyata
bukan eosinofil saja yang berperan dalam asma (bukan hanya sekedar proses
alergi), akan tetapi konsep asma sendiri mengalami perubahan, bukan hanya
sekedar bronkospasme, akan tetapi interaksi berbagai faktor imunologi yang
abnormal. Berbagai mediator di bebaskan dari berbagai sel yang berperan dalam
proses immunologi dan fase terakhir mekanisme neural yang memegang peranan
penting dalam terjadinya spasme otot bronkus. (Dr. H. Tabrani Rab)
B.
Etiologi
Penyebab asma masih belum jelas,
diduga yang memegang peranan utama ialah reaksi hiperreaktivitas dari trakea
dan bronkus, tetapi penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Diduga karena
hambatan sebagian sistem adrenergic,
kurangnya enzim adenilalkilase dan meningginya tonus sistem parasimpatik.
Bila terdapat kelebihan tonus parasimpatik maka akan mudah terjadi spasme
bronkus.
Faktor
genetik, biokimiawi, saraf otonom, imunologis, infeksi, endokrin, psikologis
dan lingkungan
lainnya, dapat turut serta dalam proses terjadinya manifestasi asma. Karena itu
asma disebut penyakit yang multifaktorial. Alergi (atopi) merupakan salah satu faktor
pencetus asma yang diturunkan secara genetik tapi caranya belum diketahui
dengan pasti.
C.
Patofisiologi
Yang
sering terserang adalah bronkus dengan ukuran 3-5 mm, akan tetapi distribusinya
meliputi daerah yang luas. Walaupun asma pada prinsipnya adalah suatu kelainan
pada bagian jalan pernafasan, akan tetapi dapat pula menyebabkan terjadinya
gangguan pada bagian fungsional paru. Gangguan itu disebabkan karena:
·
Peningkatan resistensi
udara respirasi dimana akan mengganggu rasio ventilasi perfusi
·
Terdapatnya perangkap
udara menyebabkan seolah-olah volume inspirasi lebih besar dari ekspirasi.
·
Terdapatnya mucus
dengan viskositas yang tinggi di dalam lumen bronkus di mana dapat menimbulkan
gangguan ventilasi, dapat menyebabkan terjadinya obstruksi total
·
Bronkus spasme dapat
pula terjadi edema pada saluran pernafasan
yang dapat mengganggu pertukarasn gas di dalam sistem pernafasan
·
Pada setiap serangan
yang pertama produksi mukus selalu bertambah
·
Infeksi yang
menghasilkan eksudat dapat mengganggu bagian jalan pernapasan maupun fungsional
dari jaringan
D.
Manifestasi
Klinis
·
Batuk
·
Wesing/nafas berbunyi
·
Sesak
nafas/dipsnea
·
Gelisah pada
malam hari
·
Nafsu/dada
seperti tertekan
·
Takikardi
·
Hipoksia
·
Takipnea
(pernafasan cepat)
·
Hiperkapnia
·
Ansietas
·
Nusea
·
Emosional
·
Malaise
E.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pengukuran fungsi paru
(spirometri)
Pengukuran ini
dilakukan sebelum dan sesudah pemberian brokodilator aerosol golongan
adrenergi. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan
diagnosis asma.
2.
Tes provokasi bronkus
Tes ini dilakukan pada
spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi
dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan
penurunan PEVR 10% atau lebih.
3.
Pemeriksaan kulit
Untuk menunjukkan
adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
4.
Pemeriksaan
laboraturium
·
Analisa Gas Darah (AGD
/ Astrup)
Hanya dilakukan pada serangan asma berat
karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik
·
Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik
untuk serangan asma yang berat karena hanya reaksi yang hebat saja yang
menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok
sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk adanya bakteri,
cara tersebut kemudian kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap
beberapa antibiotik.
·
Sel oesinofil
Perbaikan fungsi paru disertai penurunan
hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
·
Pemeriksaan darah rutin
dan kimia
SGOT
dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
5.
Pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan
radiologi pada klien dengan asma bronkhial biasanya normal, tetapi prosedur ini
harus dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologi di paru atau
komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum dan atelektasis.
F.
Penatalaksanaan
1.
Diagnosis status
asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
·
Saatnya serangan
·
Obat-obatan yang telah
diberikan (macam dan dosis)
2.
Pemberian obat
bronkodilator
3.
Penilaian terhadap perb
aikan serangan
4.
Pertimbangan terhadap
pemberian kortikosteroid
5.
Penatalaksaan setelah
serangan mereda
·
Cari faktor penyebab
·
Modifikasi pengobatan
penunjang selanjutnya
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT ASMA BRONKIAL
A. Pengkajian
1.
Biodata
2.
Keluhan Utama
Pasien
mengatakan sesak/dispnea, batuk, dan mengi/wheesing/napas berbunyi
3.
Riwayat kesehatan
a.
Riwayat kesehatan
dahulu
Riwayat alergi
dan riwayat penyakit saluran napas bagian bawah (rhinitis, urtikaria, dan
eksim)
b.
Riwayat kesehatan masa
lalu
Biasanya
pasien mempunyai riwayat alergi seperti debu serta cuaca dingin.
c.
Riwayat kesehatan
keluarga
Ada anggota keluarga
yang menderita asma
d.
Riwayat psikososial
-
Kondisi rumah:
·
Tinggal di daerah
dengan tingkat polusi tinggi
·
Terpapar dengan asap
rokok
·
Anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah terlalu banyak
-
Binatang peliharaan:
kucing
4.
Pemeriksaan fisik
·
Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk produktif, tachypnea, orthopnea, barrel chest,
penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan
O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing,
ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
·
Sistem kardiovaskuler : Diaporesis, tachicardia, dan
kelelahan.
·
Sistem Persyarafan / neurologi:
Pada
serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran
·
Sistem perkemihan: Produksi urin dapat menurun jika
intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
·
Sistem Pencernaan /
Gastrointestinal: Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap
makan dan minum, mukosa mulut kering.
·
Sistem integumen: Berkeringat akibat usaha pernapasan
klien terhadap sesak nafas.
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan
jalan nafas
2.
Bersihan jalan nafas
tidak efektif yang berhubungan dengan sekresi kental dan berlebihan
3.
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan inadekuat oksigenasi
untuk aktivitas dan keletihan
4.
Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernapas dan takut sesak
napas
C.
Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan penyempitan jalan nafas yang di tandai dengan :
·
Pasien mengatakan sesak
·
Auskultasi terdengar bunyi ronki
·
Pernapasan cuping hidung
Tujuan : pola nafas efektif dalam
waktu 1x1 jam, dengan kriteria hasil :
ü Pasien tidak sesak
ü Pasien tampak tenang
Itervensi :
1. Kaji frekuensi napas
Rasional: mengetahui
frekuensi pernafasan pasien
2. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman
Rasional : peninggian
kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi,
tapi pasien dengan distress berat akan mencari posisi yang mudah untuk
bernafas,misal : sokongan tangan atau kaki di meja,bantal,lutut,dapat membantu
menurunkan kelemahan otot dan sebagai alat dispansi dada
3. Observasi TTV
Rasional : mengetahui keadaan umum
pasien
4.
Beri obat sesuai dengan
indikasi
a.
Bronkodilator
Rasional : merilekskan otot pernapasan
dan menurunkan kongesti local,menurunkan spasme jalan napas,mengi dan produksi
mukosa.
b.
Gol zantin
Rasional : menurunkan edema mukosa dan
spasme otot polos dengan peningkatan langsung siklus AMP.
c.
Kromolin
Rasional : menurunkan inflamasi local
dan edema dengan menghambat efek histamine dan mediator lainnya.
d.
Steroid oral / IV
Rasional : mencegah
reaksi elergi / menghambat pengeluaran histamine,menurunkan berat dan frekuensi
spasme,inflamasi pernapasan dan dispnea.
2. Bersihan jalan
nafas tidak efektif yang berhubungan dengan sekresi kental dan berlebihan yang
di tandai dengan :
·
Pasien mengatakan batuk
·
Pasien mengatakan sesak
·
Gelisah/ansietas
Tujuan : Bersihan jalan
napas efektif dalam waktu 1 x 24 jam, dengan kriteria hasil :
ü Batuk
pasien berkurang
ü Pasien
tidak sesak lagi
ü Pasien
dapat tenang
Inetrvensi
:
1. Instruksikan
pasien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk
·
Nafas dalam dan
perlahan sebelum duduk setegak mungkin
·
Gunakan nafas diafragma
·
Tahan nafas selama 3-5
detik dan kemudian dengan perlahan hembuskan sebanyak mungkin melalui mulut
(sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)
·
Ambil nafas kedua,
tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang mulut/tenggorokan)
·
Dengan menggunakan
nafas pendek, batuk kuat.
·
Demonstrasikan
pernafasan pursed lip
Rasional : Batuk yang
tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat menimbulkan frustasi
2.
Ajarkan pasien tindakan
untuk menurunkan viskositas sekresi
·
Pertahankan hidrasi
adekuat : menigkatkakn asupan cairan 2-4 liter per hari. Bila tidak terkontra
indikasikan oleh cardiac output / penyakit ginjal.
Rasional : Sekresi kental sulit
untuk dikeluarkan dan dapat memnyebabkan sumbatan mucus yang menimbulkan
atelektasis
3.
Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum
pasien
4.
Kolaborasi :
·
Ekspektoran
Rasional
: Mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan
·
Analgesic, antitusif
Rasional : Batuk
menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energy dan memungkinkan
pasien istirahat.
3. Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan
inadekuat oksigenasi untuk aktivitas dan keletihan yang ditandai dengan :
·
Pasien tampak pucat
·
Pasien tampak lemah
·
Pasien tampak batuk
Tujuan : aktivitas dapat adekuat
dalam waktu 1x24 jam dengan kriteria hasil :
ü Dapat memperagakan metoda batuk,
bernapas dan penghematan energi yang efektif
Intervensi :
1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang
meningkatkan kebutuhan oksigen, seperti merokok, suhu ekstrim, dan stres
Rasional : merokok, suhu ekstrim, berat badan berlebih dan
stres menyebabkan vasokonstriksi, yang meningkatkan beban kerja jantung dan
kebutuhan oksigen
2. Ajarkan teknik napas efektif,
seperti pernapasan diafragma dan pursed-lip
Rasional : pernapasan diafragma menghalangi pernapasan
dangkal, cepat, takefisien yang selalu menyertai penyakit paru obstruksi kronis.
Pernapasan pursed-lip memperlambat ekspirasi, mempertahankan alveoli mengembang
lebih lama, dan memberikan kontrol terhadap dispnea.
3. Pertahankan terapi oksigen tambahan,
sesuai kebutuhan
Rasional : oksigen tambahan meningkatkan kadar oksigen yang
bersirkulasi dan memperbaiki toleransi aktivitas
4. Berikan waktu istirahat yang cukup
sesuai jadwal harian pasien
Rasional : periode istirahat memungkinkan periode penggunaan
energi tubuh rendah, meningkatkan toleransi aktivitas.
5. Observasi TTV
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien
4. Ansietas yang berhubungan dengan
sulit bernapas dan takut sesak napas yang di tandai dengan :
·
Pasien cemas
·
Pasien sering bertanya tentang penyakitnya
Tujuan : pasien tidak cemas dalam
waktu 1x2 jam dengan kriteria hasil :
ü Pasien dapat mengungkapakn perasaan
tentang ansietas
ü Peragakan teknik bernapas untuk
mengurangi dispnea
Intervensi :
1. Upayakan lingkungan yang tenang saat
pasien mengalami kesuliatan bernapas
Rasional : dengan menurunkan rangsang eksternal meningkatkan
relaksasi
2. Tanggapi rasa takut pasien dan
berikan penguatan positif terhadap upaya yang dilakukan.
Rasional : rasa takut mencetuskan dispnea dan dospnea
meningkatkan rasa takut
3. Ajarkan teknik bernapas dan suruh
pasien melakukannya dengan perawat
Rasional : pemodelan peran teknik bernapas agar pasien
menirunya akan menurunkan kebutuhan energi tambahan dalam berkonsentrasi
4. Observasi TTV
Rasional : mengetahui keadaan umum
pasien
DAFTAR PUSTAKA
·
Arif, Mansyoer, 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga.
Jilid I. Jakarta: Media Acsulapius. FKUI.
·
Heru Sundaru, 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II
Edisi Ketiga. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI.
·
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
·
Murwita, Arita, 2008. Perawatan Pasien Penyakit Dalam.
Jogjakarta : Mitra cendikia press
·
Rab. Tabrani. 1996. Ilmu
penyakit dalam. Jakarta : hipokarates
Tidak ada komentar:
Posting Komentar