LAPORAN
PENDAHULUAN
DAN
ASUHAN
KEPERAWATAN
KLIEN
DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH
(ISK)
Dosen Pembimbing
Retno Ardanari A,
S.Kep.Ns
Penyusun :
Haslin (2011.03.028)
Kiki Wahyu (2011.035)
Melinda Selvia (2011.03.040)
Nolly Vianelda Snae (2011.03.048)
Venni Novita Sari (2011.03.064)
PRODI D III KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami persembahkan
kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Klien dengan Infeksi Saluran Kemih” untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada :
Ibu
Retno Ardanari A, S.Kep.Ns selaku dosen pembimbing, serta pada teman teman yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini.
kami menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas materi. Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak dapat
kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, kami mengaharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini
bermanfaat bagi para generasi muda pada umumnya dan untuk perawat program
pendidikan khususnya.
Pare,
17 September 2012
Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN (L.P)
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)
I. DEFINISI
Infeksi
saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya
invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
1. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik
laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak, remaja, dewasa
maupun pada umur lanjut.
2. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin,
ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang dari
515%, untuk menyatakan adanya ASK harus ditemukan bakteri didalam urin.
Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut
bakteriunia bergejala sedangkan yang tanpa gejala kemih disebut bakteriunia
tanpa gejala. Mikro organisme yang paling sering menyebabkan ISK adalah jenis
bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba yang
lain, karena itu rutin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun
demikian uretra bagian bawah terutama pada bagian yang mendekati kandung kemih.
Selain bakteri aerob, ISK dapat disebabkan oleh virus, nagi, dan jamur. Ada
kalanya ISK tanpa bakteriuria, ditemukan pada keadaaan-keadaan :
1. Fokus infeksi tidak dilewati urin,
misalnya pada lesi dini pielonefritis karena infeksi hematogen.
2. Bendungan total pada bagian yang menderita
infeksi.
3. Bakteriuria disamakan karena pemberian
antibiotika.
II.
ETIOLOGI
Organisme
penyebab ISK yang paling sering ditemukan adalah escheriucia (80 % kasus). E.
Coli merupakan penghuni normal dari kolon. Organisme-organisme lain yang juga
dapat menyebabkan ISK adalah : golongan
proteus, klebsiela, pseudomonas, enterokokus dan stophylokokus.
III.
PATOFISIOLOGI
Rantai Infeksi
pencegahan rantai infeksi
IV. TANDA
DAN GEJALA
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
- Nyeri yang sering dan rasa
panas ketika berkemih
- Spasame pada area kandung
kemih dan suprapubis
- Hematuria
- Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
- Demam
- Menggigil
- Nyeri panggul dan pinggang
- Nyeri ketika berkemih
- Malaise
- Pusing
- Mual dan muntah
V. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan
pada sebagian pasien tanpa gejala. Gejala yang sering ditemukan ialah disuria,
polakisuria dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan. Nyeri supra
pubik dan daerah pelvis. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat
menampung urin lebih dari 500 ml karena mukosa yang meradang sehingga sering
kencing. Stranguria yaitu kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang
yang sering ditemukan pada sistitis akut. Tenesmus ialah rasa nyeri dengan
keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun telah kosong. Nukturia ialah
cendrung sering kencing pada malam hari akibat kapasitas kandung kemih menurun,
sering juga ditemukan enuresis noktural sekunder yaitu ngompol pada orang
dewasa, prostatismus yaitu kesulitan memulai kencing dan kurang deras arus
kencing, nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian
saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut :
1. Pada bagian bawah, keluhan pasien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih
sedikit-sedikit serta rasa tidak enak didaerah suprapubik.
2. Pada ISK bagian atas dapat ditemukan sakit
kepala, malaise mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri
dipinggang.
VI. KOMPLIKASI
-
Gagal
ginjal akut
-
Ensefalopati
hipertensif
-
Gagal
jantung, edema paru, retinopati hipertensif
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Biakan urin : Biakan ini pancaran tengah
(mid stream urine) dianggap positif ISK bila jumlah kuman ³ 100.000 kuman/ml urin, jumlah kuman
antara 10.000 - < 100.000 kuman/ml urin dianggap meragukan akan perlu
diulang. Bila < 10.000 kuman/ml, urin hasil dianggap sebagai kontaminasi.
Bila pengambilan urin dilakukan dengan pungsi supra pubik/karteterisasi kandung
kemih, maka seberapapun kuman yang ditemukan dianggap positif ISK (ada maka
juga yang menyebutkan batasan > 200 kuman/ml urin).
b. Urin lengkap : tidak ada korelasi pasti
antara piuria dan bakteri urin, tetapi pada setiap kasus dengan piuria harus
dicurigai kemungkinan ISK, bila ditemukan silinder leukosit, kemungkinan
pielonefritis perlu dipikirkan.
c. Radiologi : Pemeriksaan ultrasonografi
sedapat mungkin dilakukan pada semua pasien ISK, pielografi intravena (PIV)
dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya pielonefritis kronis, kelainan
konginital, maupun abstruksi dengan miksio-sisto-uretrografi (MSU) dapat
ditemukan tanda-tanda refluks vesiko ureter/penyempitan pada muara uretra.
d. Lain-lain : data tambahan berupa
peninggian laju endap darah (LED) dan kadar protein kurang rektif, penurunan
fungsi ginjal, serta adanya azotemia memberi petunjuk adanya ISK bagian atas.
VIII. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi
dan lain-lain. Pasien dilanjutkan banyak minum dan jangan membiasakan menahan
kencing untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyriduin) 7-10
mg/kg BB hari. Faktor predisposisi dicari dan dihilangkan. Tatalaksana khusus
ditujukan terhadap 3 hal, yaitu pengobatan infeksi akut, pengobatan dan
pencegahan infeksi berulang serta deteksi dan koreksi bedah terhadap kelamin
anatamis saluran kemih.
1. Pengobatan infeksi akut : pada keadaan
berat/demam tinggi dan keadaan umum lemah segera berikan antibiotik tanpa
menunggu hasil biakan urin dan uji resistensi kuman. Obat pilihan pertama
adalah ampisilin, katrimoksazol, sulfisoksazol asam nalidiksat, nitrofurantoin
dan sefaleksin. Sebagai pilihan kedua adalah aminoshikosida (gentamisin,
amikasin, dan lain-lain), sefatoksin, karbenisilin, doksisiklin dan lain-lain,
Tx diberikan selama 7 hari.
2. Pengobatan dan penegahan infeksi berulang
: 30-50% akan mengalami infeksi berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa
gejala. Maka, perlu dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai
pengobatan fase akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan
selama 2 tahun. Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan ada
fase akut. Bila relaps/infeksi terjadi lebih dari 2 kali, pengobatan
dilanjutkan dengan terapi profiloksis menggunakan obat antiseptis saluran kemih
yaitu nitrofurantorin, kotrimoksazol, sefaleksi atau asam mandelamin. Umumnya
diberikan ¼ dosis normal, satu kali sehari pada malam hari selama 3 bulan. Bisa
ISK disertai dengan kalainan anatomis, pemberian obat disesuaikan dengan hasil
uji resistensi dan Tx profilaksis dilanjutkan selama 6 bulan, bila perlu sampai
2 tahun.
3. Koreksi bedah : bila pada pemeriksaan
radiologis ditemukan obstruksi, perlu dilakukan koreksi bedah. Penanganan
terhadap refluks tergantung dari stadium. Refluks stadium I sampai III bisanya
akan menghilang dengan pengobatan terhadap infeksi pada stadium IV dan V perlu
dilakukan koreksi bedah dengan reimplantasi ureter pada kandung kemih
(ureteruneosistostomi). Pada pionefrosis atau pielonefritis atsopik kronik,
nefrektami kadang-kadang perlu dilakukan.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :
a.
Keluhan utama : - Disuria
- Polakisria
- Nyeri
- Terdesak kencing yang berwarna terjadi
bersamaan.
b.
Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya
organisme eschericea coli kedalam kolon.
c.
Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK.
d.
Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e.
Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang
digunakan gangguan dalam beribadat karena klien lemah.
f.
Pola-pola fungsi kesehatan
1.
Pola nutrisi dan metabolisme
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual,
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2.
Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi
oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan
karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar.
3.
Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring
total agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4.
Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan
imobilisasi yang lama.
5.
Pola persepsi dan konsepsi diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya
dan ketakutan merupakan dampak psikologi klien.
6.
Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan
klien dirawat di rumah sakit dan klien harus bedrest total.
7.
Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena
keadaan sakitnya.
8.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena
bedrest total dan tidak boleh melakukan aktivitasi karena penyakitnya.
g. Pemeriksaan
Fisik
1. Keadaan
Umum
Didapatkan klien
tampak lemah, nadi 100x/menit, T = 119/60
2. Tingkat
Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
3. Sistem
Respirasi
Pernafasan normal
yaitu 20x/menit, nafsu normal
4. Sistem
Kardiovaskuler
Terjadi penurunan
tekanan darah
5. Sistem
Integumen
Kulit kering,
turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
6. Sistem
Gastrantestinal
Bibir kering
pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
7. Sistem
Muskuloskeletal.
Klien lemah,
terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem
Abdomen
Pada palpasi
didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan akut maupun
kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal,
pielonefritis, cystitis, uretra.
III. DIAGNOSA
1. Nyeri
berhubungan dengan koliks ginjal, pelvis, parenkim, invasi bakteri pada mukosa
kandung kemih (systitis) mengakibatkan nyeri panggul atau nyeri supra pubik.
2.
Hipertermia berhubungan dengan infeksi diginjal
mengakibatkan potensial infeksi dan ketidakseimbangan cairan.
3.
Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan
trauma mekanik dari infeksi mengakibatkan disuria, frekwensi dan urgency.
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Dx : Nyeri berhuibungan dengan koliks ginjal,
pelvis, parenkim, invasi bakteri pada mukosa kandang kemih mengakibatkan nyeri
panggul atau nyeri supropubik.
Tujuan :
- nyeri berkurang- Penurunan kebutuhan terhadap analogetik
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang saat istirahat, aktifitas atau
berkemih
Intervensi :
1.
Nyeri supropubik dan disuria
R/ menandakan terjadinya infeksi pada kandung kemih.
2.
Kultur urine, urinalisis RBC, WBC, peningkatan pH
(infeksi kandung kemih)
R/ Jumlah bakteri ³ 100.000/ml menandakan
adanya infeksi yang menyebabkan nyeri.
3.
Istirahatkan pasien selama perawatan R/ mencegah timbulnya nyeri.
4.
Kolaboratif dengan tim kesehatan dalam pemberian
analgetikR/ untuk mengontrol nyeri dan menanggulangi nyeri.
2.
Dx : Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
ginjal mengakibatkan potensial infeksi dan ketidakseimbangan cairan.
Tujuan : Hipertermia dapat ditanggulangi dengan tanda
vital dan suhu kembali normal
Kriteria Hasil :- Tidak terjadi demam dan dioporesis
- Tidak ada tanda dan segala
dehidrasi
Intervensi :
1.
Suhu yang meningkat secara persisten
R/ indikasi infeksi renal
2.
Kulit : suhu, warna, turgar, kering atau lembab.
R/ perubahan penandaan adanya dehidrasi
3.
Tanda vital : Peningkatan denyut nadi, pernafasan dan
suhu
R/ mengtahui perubahan tanda vital
4.
Kolaboratif dalam pemberian (aspirin, aminahen)
R/ menurunkan panas dengan mengintibisi pusat pengaturan panas suhu.
5.
Kolaboratif dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
R/ membunuh bakteri
dengan mengintibisi sistesis dinding sel/mengubah metabolisme protein sel
bakteri.
3.
Dx : Perubahan pola eliminasi urine berhubungan
dengan trauma mekanik dan infeksi mengakibatkan disuria, frekwensi dan urgency.
Tujuan : Pola eliminasi kembali normal tanpa disertai
disuria, frekwensi dan urgency
Kriteria Hasil :- Disuria
berkurang
- Frekwensi dan urgensi kembali
normal
Intervensi :
1.
Kaji rasa panas, frekwensi, urgency, bau busuk urine,
urine bercampur darah, nanah dan lendir.
R/ menandakan adanya bakteri yang mengakibatkan iritasi kandung kemih
2.
Ulangi pmx urine : peningkatan RBC, WBC, Urine cultue:
bakteri ³
100.000/ml
R/ menentukan penanganan jika hasil lab kurang dari batas normal.
3.
Kolaboratif dengan tim medis dalam pemberian
antibiotik/sulfanamide (amoxicllin, sulfiscoxazole)
R/ pengobatan infeksi
akan mengurangi gejala dengan menghambat sintetis bakteri
4.
Kosongkan kandung kemih setiap 4 jam, gunakan
tampan/popok dan ganti setiap 3-4 jam, gunakan pakaian dalam yang terbuat dari
katun, hindari celana ketat.
R/ mencegah statis urine
dan media pertumbuhan bakteri : kartominasi dan iritasi genital.
V. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dan
rencana tindakan meliputi beberapa bagian yaitu validasi, secara keperawatan
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Lumidar 1990)
VI. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang matematis dari rencana
tindakan dari masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan kesehatan
lainnya (Ependi, 1995)
DAFTAR PUSTAKA
Dengoes Marilyn
E, 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC, Jakarta
Tessy Agus, dkk.
2001. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, FKUI. Jakarta
Mansgoer A, dkk.
2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 FKUI. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar